Facebook Badge

Jumat, 27 Mei 2016

Entahlah dan Kamu

Mei, teruntuk kita yang sudah jalani hubungan ini selama hampir 4 bulan. 

Aneh rasanya diawal. Bisa menjalani hubungan denganmu. Temanku sendiri. Teman yang tak pernah terbesit dipikiranku akan megutarakan isi hatinya untukku. Hampir setahun kita tak pernah bertemu. Hampir setahun pula aku tak tau kabarmu dan kau tak tau kabarku. Entahlah, begitu mungkin kosakata yang tepat untuk interpretasi peristiwa ini. Entahlah, bagiku aneh. Bagiku hubungan ini hanya luapan pelarian cintamu yang kandas. Sedangkan bagiku jua hubungan ini hanya dimulai karna saat itu aku butuh sandaran hebat setelah melalui cerita perjodohan yang amat menyita hari-hari bahkan bulan-bulanku di tahun 2015. Kita berdua ditemukan oleh kisah yang pahit. Entahlah, apa yang akan terjadi di akhir. Entahlah akan lebih pahit atau malah akan berubah 180 derajat menjadi terasa amat manis. 

Egois-ku yang selalu besar sering membuatku ingin sendiri dan beranggapan kau tak ada. Bukan sosok yang penting dan bukan pula sosok yang aku andalkan. Mungkinkah karena aku beberapa tahun ini aku sendiri. Amat terbiasa bagiku tanpa memerlukan bantuan siapapun kecuali keluargaku sendiri. Sungguh aku tak bermaksud memainkan rasa kekhawatiranmu, rasa sayangmu dan rasa cintamu. Namun inilah aku dengan segala kekuranganku. Entahlah, rasaku tak elok hubungan ini. Apakah ini proses yang harus kita lalui sebelum kita akan berakhir bersama? 

Tak ku pungkiri pula, perbedaan suku dan nilai budaya serta latar belakang keluarga kita membuatku semakin enggan berkata hubungan ini akan baik-baik saja. Setiap kali membahas jodoh maka selalu saja keluarga besarku membawa-bawa suku. Sukumu begitu amat terasa tak sesuai dengan mereka. Berbagai pengalaman mereka akan sukumu membuatku tak akan mungkin berani mengenalkanmu dihadapan mereka. Bagi mereka aku layak mendapatkan orang yang sesuai dengan standart dan idaman mereka. Mereka tak pernah menjamin akan kebahagiaanku jikalau aku bersama orang diluar suku itu. 

Sungguh aku tak pernah akan sanggup lagi membantah mereka. Keingiananku dan ambisiusku selalu mereka penuhi tak peduli berapapun materi. Hingga disatu titik aku pernah menghakimi mereka karena keinginan mereka agarku menikah secepatnya dengan pilihan mereka. Lari dari hal itulah aku dipertemukan denganmu. Layaknya seperti kisah film sastra minang yang menceritakan seorang pria jatuh cinta pada seorang wanita. Mereka mengikat kasih kemudian lari dari kodrat perjodohan. Namun, diakhir cerita wanita harus tetap memilih membahagiakan keluarga atau membahagiakan keegoisan diri sendiri.

Entahlah dan kamu begituku rasa saat ini. Jauhnya jarak yang harus kita hadapi. Mimpi-mimpi yang masih harus kau dan aku raih. Membuatku tak menemukan jalan tengah akan hubungan ini. Seorang penulis pernah berkata "Hati kita ini mudah berbolak balik, maka jangan pernah kau memiliki rasa lebih, karena nanti kau akan sulit melupai"

Harapanku saat ini. Hanya ingin kau bahagia baik denganku maupun orang lain. Harapanku saat ini. Kalau memang aku tak bisa berusaha sebaik mungkin, aku amat yakin tuhan punya caranya sendiri. Jika engkau lelaki itu maka tak ada yang tak mungkin bagi-Nya untuk kau memiliku seutuhnya diakhir cerita. 

Teruntuk aku dan kamu. Teruntuk apapun yang terjadi. Ingatlah kita adalah teman diawal cerita ini. Sungguhpun aku tak mau kehilanganmu sebagai teman. Karenanya tetaplah kita saling menguatkan jika badai datang dan kapal kita seandainya harus berpisah tujuan. Semoga ada hal indah yang bisa kita dapati dari kebersamaan ini. 

Aku dan kamu.



MENU BLOG SITI

Daftar Blog Saya

Followers