Facebook Badge

Senin, 12 Oktober 2015

Sebuah Cerpen Mengenai Ibu kota Indonesia

CERPEN 
Ibukota dan ceritanya

Bersabar menunggu Si Merah Trans Jakarta

Ibukota Jakarta. 
Siapa masyarakat Indonesia yang tak mengenalnya? 

Ibukota negara ini merupakan salah satu tempat bernaung jutaan pekerja, pelajar, pengusaha, pejabat dan berbagai tatanan masyarakat. Memutuskan merantau ke kota ini untuk sesaat bukanlah hal yang tepat. 

Kota ini sudah tak layak lagi membutuhkan perantau karna sudah terlalu banyak SDM yang berkarir disini. Bagi perantau, awalnya akan merasa sangat bangga bisa datang ke kota ini, namun bagi penghuni ibukota tak seharusnya ada pendatang baru lagi di kota ini. 

Setiap hari suasana lautan manusia begitu jelas terpampang nyata di setiap sudut jalan dan transportasi kota. Melawan hiruk pikuk lautan manusia untuk memperebutkan tempat berdiri di suatu transportasi itu sudah biasa. Sekali lagi tempat berdiri bukan tempat duduk. Bisa dikatakan hal itu sudah sebagai skill tambahan jika engkau berada disini. 

Semenjak berada disini, observasi kecil-kecilan pun saya lakukan. Mulai dari karakter penumpang transportasi hingga karakter penghuni perkantoran ibukota. Jika di kota saya masih bisa beramah tamah dengan penumpang di samping tempat duduk saya, tapi di Jakarta anda akan merasa sendiri di tengah keramaian individualis manusia ibukota. 

Adaptasi bagi perantau adalah sebuah tuntutan utama. Sempat di awal minggu bekerja saya mengalami adaptasi dan resilience yang buruk. Tak tau mungkin karena saya mengalami perubahan tiga tempat sekaligus dalam tahun ini. Maluku utara-Medan-Jakarta. Saya jalani tahun ini. Menjadikan Jakarta adalah akumulasi dari sistem imun saya yang sepertinya sudah mulai menurun. Tetapi tanpa saya sadari, Jakarta menjadikan pribadi saya lebih survive dan cepat dalam hal disiplin. 

Adapatasi perantau itu bisa terasa sedikit, demi sedikit. Minggu ke tiga bulan ini sudah mulai tiba. Semoga menjadi pekerja profesional di Jakarta tetap saya lakukan. 

Bagaimanapun setiap kota punya masalahnya masing-masing. Setiap kota juga memiliki keistimewaan masing-masing. Jakarta dengan sederet kehidupan individualis-nya. 
Namun Jakarta memiliki retorika dan historia Indonesia yang tak akan terlupakan oleh setiap generasi bangsa. Semoga si ibukota tetap memiliki cerita ramah, bagi setiap makhluk hidup di dalamnya.

Jakarta, Mei 2015

Tidak ada komentar:

MENU BLOG SITI

Daftar Blog Saya

Followers