Facebook Badge

Kamis, 02 Juni 2016

Sang Ayah dan Kesederhanaannya

Setiap orangtua pasti sayang anaknya Tak ada orang tua yang tak sayang anaknya

Dear Ayah

Ayah dan aku saat di depan kantor post Jogja

Ayah sudah berjuang menuruti semua keinginanku, kuliah ditempat mahal inipun tetap ia lakukan. 

Tapi pernahkah kau mendengar keinginannya rahmah? Apa terakhir kali keinginannya?

Ia ingin aku menikah secepatnya dengan orang yang ia percayai. Itu permintaannya. Itu terakhir yang aku ingat. Sudahkah kau lakukan sudahkah kau dengar?

Belum, Ya aku membantahnya memarahinya seakan-akan aku tak memerlukan kehadirannya lagi. Tapi disaat begini aku begitu tergantung pada dirinya. Tergantung pada uangnya. Tergantung pada materi. Di saat susah aku ingat ayah. Tapi saat senang aku melupakan ayah. Sungguh aku anak yang jahat. Aku benci diriku sendiri. Aku benci aku yang pembohong ini. Aku benci terus begini. Aku benci diriku sendiri. 

Ayah, mungkin aku ga bisa bilang langsung betapa aku suka sekali membantahmu, hingga di usia inipun aku suka membentakmu. Membuatmu mengeluarkan suara besar, kemarahanmu didepan orang banyak. 

Ayah, maafkan aku. Ayah, doakan aku biar bisa membalas semua kebaikanmu. Sungguh aku masih belum ada apa-apa membalas semua kebaikanmu. Sungguh hal ini aku tak ingat tapi tak bisa ayah, aku tak bisa mengalihkan hal bersalahku ini dengan bercerita dengan orang lain. Karna sesungguhnya aku yang tau kau sebenarnya. Orang lain tak tahu. Mereka tak tahu betapa sedih aku sebenarnya melakukan keburukan ini padamu. Sungguh ditengah kesendirian ini aku menuliskan hal ini sebagai bukti untuk suatu saat nanti aku pernah menitiskan air mata untuk penyesalanku ini. Aku mau seperti anak-anak yang lain yah. Sungguh. Hanya doa yang bisa aku sampaikan dari sini ayah. Doa agar kau sehat selalu. Sehat dan bisa melihatku berdampingan di hari pernikahanku bersama siapapun pria itu. Pria yang menurutmu pantas denganku. 

Ayah, aku sayang padamu. Kau adalah cinta pertamaku. 

MENU BLOG SITI

Daftar Blog Saya

Followers