Facebook Badge

Kamis, 22 Oktober 2015

Se-besar apa cintamu pada mereka?

"Salah satu ayat al-quran menjabarkan betapa besar dosa yang akan diperoleh oleh seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya, jangan membantah dengan amarah berkata "ah" saja kepada kedua orangtua maka kau sudah mendurhakan mereka dan juga perintah Allah, niscaya amat pedih siksa neraka itu"

"Cinta orang tua sepanjang masa dan cinta anak hanya sepanjang jala"

Malam ini saya tertegun dan hasilnya berkeinginan menulis sesuatu sebelum mata ini terpejam oleh larutnya malam.
Malam yang sebenarnya adalah milik tuhan dan bukan milik hamba-Nya.
Berbicara mengenai tuhan maka anda juga berbicara mengenai cinta dan kasih tuhan yang tak pernah ada batas dan tak pernah memilih.
Saya pribadi amat yakin dengan kekuatan-Nya.
Kekuatan yang mungkin tak disalurkan langsung oleh tuhan melalui tangan-Nya tapi melalui orang-orang terkasih yang dekat dengan kita.
Saat ini saya sedang menyaksikan kekuatan cinta tuhan saya yaitu Allah SWT.
Keluarga saya saat ini sedang sangat menggantungkan doanya pada kekuatan kekuasaan cinta Allah kepada hamba-Nya.
Adik dari salah satu ayah saya sedang diuji oleh Allah untuk berada pada fase kritis.
Beliau divonis memiliki beberapa komplikasi penyakit di tubuhnya.
Tubuh yang sebenarnya dititipkan oleh Allah kepada kita dan tugas kitalah menjaganya.
Keluarga besar ayah saya saat ini sedang bergundah gurana untuk memutuskan setiap langkah dalam menjaga kondisi beliau.
Sungguh saya menyaksikan cinta Allah ada di tangan orang-orang terkasih yang dekat dengan beliau. 
Banyak sanak saudara yang tak berhenti meneteskan air mata sambil melanturkan doa untuk beliau 
Memang beliau tak bisa mengungkapkan apa-apa.
Tapi saya yakin bahwa beliau amat berterima kasih atas cinta dan balutan kasih sayang yang tiada henti menemani beliau di masa kritis ini.
Zikri adalah salah satu nama anak beliau dan ia adalah sepupu yang umurnya se-usia dengan saya.
Saya melihat langsung bagaimana Zikri memutuskan pulang disaat ia masih sedang membangun karir di Jakarta untuk kembali menjaga ayahanda tercinta.
Kali ini saya malu melihat cinta dan kekuatannya yang membuatnya begitu bisa mengambil segala resiko yang ada.
Sungguh saya belajar darinya.
Kali ini saya bertanya pada diri saya.
"Seberapa besar rasa cintamu pada orangtuamu?"
Jika besar, "apakah kau masih mau merantau diri lagi? "
Sesaat ketika mereka sakit dan kau jauh. "Apakah kau mampu terbang secepatnya melihat kesempatan terakhir dengan mereka?"
Ya, sungguh saya sangat merasa pertanyaan itu mengguncang pundak saya secara tiba-tiba.
Sungguh saya terpukul dan mencoba berhenti sesaat memikirkan masa depan saya.
Tuhan, "Apakah ini yang ingin kau tunjukkan kepadaku?"
"Apakah dengan cara lain aku tak bisa membantah sehingga hal ini yang ingin kau perlihatkan padaku?"
Sungguh Allah punya rencana akan hal ini.
Sungguh Ia tau apa yang Ia kehendaki saat ini.
Dan saya ingin mengulang lagi dan mengulang lagi.
Bahwa cinta dan kekuatannya itu ada.
Dan seberapa besar pengorbanan yang akan kamu lakukan untuk mewujudkan cinta itu tetap terjaga
Tergantung dari dirimu sendiri.
Semoga saya semakin memiliki besar rasa cinta ini, besar cinta yang tak terukur satuan apapun dan besar tak terhitung rumus apapun.

Kasih ibu tak terhingga sepanjang masa
Kasih ayah tak terhitung materi apapun
Hanya 1 hal yang bisa menggantikan kasih mereka
Berbakti dan mengabdi adalah balasan hadiah bagi kasih mereka padamu

Medan
Kamis, 22 Oktober 2015 





Senin, 12 Oktober 2015

Jogja dan Keramahannya

CERPEN
Jogja dan keramahannya
Coklat Souvenir Jogja


Tepat sebulan berada di jogja
Kota yang disebut istimewa untuk semua orang
Kota yang katanya memiliki setiap bagian romantis
Kota yang tiada henti hirup pikuknya hingga pagi menjelang

Senja di Pantai Parangtritis Jogja


Ku tuliskan cerita ini tepat sebelum ku berangkat meninggalkan kota ini
Bergetar menulis tulisan ini
Tak kuasa rasanya meninggalkan separuh hati ini di kota ini
Setiap pelabuhan yang kudatangi memang lah memiliki cerita tersendiri
Dan cerita kota ini adalah cerita impian untukku melanjutkan pengetahuanku
Namun sepertinya kota ini tak mau aku hanya mengambil sari ilmu kota ini
Ia seperti mengatakan
"Hai nak kembalilah ke kota ini kala kau merindukannya dan ingin sejenak duduk berlesahan mendengarkan alunan lagu jogja dari pemusik jalanan malioboro atau sekedar menikmati angkringan malam kota ini!"



Ya, akan ku tuliskan kota ini dalam peta hidupku
Ku ingin tetap mengingat kota ini sebagai kota impian untuk hidup sejenak

Tapi hidup memang harus berjalan
Maka tetaplah aku berada di niatku untuk melanjutkan sekolah walaupun tidak di kota ini

Ikon Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Aku menyerah melanjutkannya disini

Aku berpikir ada kota lain atau kotaku sendiri untuk melanjutkan sekolah
Terima kasih jogja
Terima kasih sudah menjagaku tetap baik selama disini
Terima kasih untuk keramahan setiap orang yang kutemui
Saat dimana aku bertanya maka jawaban akan kesediaan mengantarku adalah jawaban mereka



Terima kasih jogja
Sampai jumpa di lain kesempatan
Senang bisa berada disini
Senang pernah mengenal kota mu


Sebuah Cerpen Mengenai Ibu kota Indonesia

CERPEN 
Ibukota dan ceritanya

Bersabar menunggu Si Merah Trans Jakarta

Ibukota Jakarta. 
Siapa masyarakat Indonesia yang tak mengenalnya? 

Ibukota negara ini merupakan salah satu tempat bernaung jutaan pekerja, pelajar, pengusaha, pejabat dan berbagai tatanan masyarakat. Memutuskan merantau ke kota ini untuk sesaat bukanlah hal yang tepat. 

Kota ini sudah tak layak lagi membutuhkan perantau karna sudah terlalu banyak SDM yang berkarir disini. Bagi perantau, awalnya akan merasa sangat bangga bisa datang ke kota ini, namun bagi penghuni ibukota tak seharusnya ada pendatang baru lagi di kota ini. 

Setiap hari suasana lautan manusia begitu jelas terpampang nyata di setiap sudut jalan dan transportasi kota. Melawan hiruk pikuk lautan manusia untuk memperebutkan tempat berdiri di suatu transportasi itu sudah biasa. Sekali lagi tempat berdiri bukan tempat duduk. Bisa dikatakan hal itu sudah sebagai skill tambahan jika engkau berada disini. 

Semenjak berada disini, observasi kecil-kecilan pun saya lakukan. Mulai dari karakter penumpang transportasi hingga karakter penghuni perkantoran ibukota. Jika di kota saya masih bisa beramah tamah dengan penumpang di samping tempat duduk saya, tapi di Jakarta anda akan merasa sendiri di tengah keramaian individualis manusia ibukota. 

Adaptasi bagi perantau adalah sebuah tuntutan utama. Sempat di awal minggu bekerja saya mengalami adaptasi dan resilience yang buruk. Tak tau mungkin karena saya mengalami perubahan tiga tempat sekaligus dalam tahun ini. Maluku utara-Medan-Jakarta. Saya jalani tahun ini. Menjadikan Jakarta adalah akumulasi dari sistem imun saya yang sepertinya sudah mulai menurun. Tetapi tanpa saya sadari, Jakarta menjadikan pribadi saya lebih survive dan cepat dalam hal disiplin. 

Adapatasi perantau itu bisa terasa sedikit, demi sedikit. Minggu ke tiga bulan ini sudah mulai tiba. Semoga menjadi pekerja profesional di Jakarta tetap saya lakukan. 

Bagaimanapun setiap kota punya masalahnya masing-masing. Setiap kota juga memiliki keistimewaan masing-masing. Jakarta dengan sederet kehidupan individualis-nya. 
Namun Jakarta memiliki retorika dan historia Indonesia yang tak akan terlupakan oleh setiap generasi bangsa. Semoga si ibukota tetap memiliki cerita ramah, bagi setiap makhluk hidup di dalamnya.

Jakarta, Mei 2015

Bukan sekarang :)

Baiklah.. Aku masih disini
Masih duduk di atas sajadahku
Hmm.. Setelah menulis sebuah cerita di buku mimpiku ini
Akhirnya aku memutuskan untuk  sesuatu di blog ini

Sebuah pertanyaan yang terlintas di benakku

Apakah aku harus memulai sesuatu yang tidak dari dalam hatiku?
Aku tidak ingin sekali menyakiti hati orang lain
Hari ini aku sedang menyepakati diriku sendiri
Menyepakati diriku untuk menghadapi sebuah cinta

Kali ini aku dihadapkan oleh sebuah surat dari seorang lelaki
Surat yang sangat menyentuh bersajak puisi dan menggunakan analogi buah
Ia menuturkan kepadaku bahwa ibunda dan ayahnya dipertemukan oleh sebuah buah jambu
Hingga akhirnya ketika sang ibunda pergi, sang ayah selalu membawa buah jambu sebelum ia memejamkan mata di kala malam tiba

Surat itu begitu panjang dan sarat akan makna ketulusan hati
Akupun sungguh terpukau dan hanya bisa berkata "Apakah aku harus mencobanya?"
Sama dengan teman-teman yang lain
Akupun diminta untuk mencobanya

"Ayolah Siti, mencoba membuka hati tidak salah kan?"


Jujur sampai sekarang, aku masih ingin sendiri teman
Aku masih ingin melangkah sendiri
Aku ingin melakukannya sendiri
Aku ingin berteman dengan sepi ini sendiri
Toh ada kalian dan juga keluarga yang tetap selalu menemani

Sungguh hati ini tak bisa dipaksa sobat
Sungguh aku masih menjadi guru disini
Aku masih punya banyak tugas yang belum aku tuntaskan disini
Biarlah aku menyibukkan diri dulu
Melupakan rasa cinta hawa dan adam sejenak
Hingga nanti suatu saat aku bisa menemukan dirinya

"Orang yang tepat di waktu yang tepat"

MENU BLOG SITI

Daftar Blog Saya

Followers