Hari
ini tanggal 16 januari 2014, halmahera selatan. Hari ketiga ku mengajar aktif
di sekolah. Flashback setelah
menyelesaikan proyek pertamaku yaitu lomba peringatan maulid nabi dengan para
remaja desa, aku bertekad untuk menyeimbangkan tugasku kembali sebagai guru
sekolah dasar disini. Bagiku murid adalah unsur terpenting dalam proses
transfer ilmu. Tanpa siswa maka sekolah ibarat
suatu susunan kalimat sempurna yang hanya memiliki subjek dan predikat saja
tanpa ada unsur objek di dalamnya. Kembali lagi ke topik beberapa kejadian
sekolah dan siswaku, harus aku akui bahwa beberapa hari yang lalu aku masih
menyianyakan waktu kedatanganku ke sekolah, aku hanya bersantai dengan
secangkir teh dan kue pagi di rumah tanpa mencoba menerka apakah murid-muridku
sudah masuk ke sekolah dengan tepat waktu. Hingga hari ini tiba, kaki ku
tersentak terbangun dan melangkah lebih cepat untuk keluar rumah. Pagi
sebelumnya di sekolah aku merasa amat kecewa dengan diriku karena banyak siswa
yang belum hadir ke sekolah terutama karena alasan mengkuti rangkaian lomba
yang remaja dan aku adakan di desa kami. Aku sangat merasa gagal saat itu,
apalagi sang kepala sekolah memberikan pernyataan agar aku mampu mengajak
anak-anak pergi ke sekolah dengan tepat waktu atau kalau bahasa maluku utaranya
“so sampai tempo kiturang bersekolah”. Pagi ini ku jemput mereka satu persatu
di rumahnya, bertegur sapa dengan para orangtua, mencoba mengingat satu
persatau lokasi rumah siswa-siswa kecilku, dan mengingat nama panggilan mereka
di rumah dan di sekolah yang berbeda, hahahha ^__^.
Memang aku seperti orang
cuek sebelumnya hanya sekedar tau anak-anak yang tinggal berdampingan dengan
rumahku saja, dan memang aku jujur dengan kurangnya interaksiku dengan orang
tua lainnya. Dengan memulai menyapa tetangga, beberapa langkah menuju ke rumah
siswaku ada si kecil Sani kelas III, di depan rumah ada si kecil Jul kelas I,
kemudian aku berjalan dan menyapa pagi rumah iswandi dan yanti dan siswa
lainnya.
Hingga
di satu titik rumah, di rumah terakhir aku menemukan dua cerita yang sangat
menyentuku hari ini. Setelah mempersuasi siswa untuk bersemangat ke sekolah
akhirnya aku merasa terpukul saat metode ini tak bisa ku terapkan ke siswa yang
aku miliki sendiri yaitu siswa laki-laki kecilku kelas III bernama Kevin. Ku
lihat dari jauh dia sudah berpakaian rapi dengan tas di bahunya untuk turun ke
sekolah, tapi saat ia melihatku ia menangkap signal bahwa aku akan
memarahinya karena belum pergi bersekolah, hingga akhirnya ia pergi dan kembali
lagi ke pohon mangga bersama seorang teman SLTP yang menemaninya pagi itu. Ku
coba untuk bertemunya secara langsung, tapi apa daya ia hanya berlari dan
bersembunyi di semak rumput hutan dan tak menjawab sapaanku padanya. Bagiku itu
hanya sesuatu permulaan dimana aku harus memiliki banya effort untuk lebih
memahaminya dan mengajaknya untuk tetap bersekolah daripada hanya sekedar
mencari mangga. Ku coba untuk berinteraksi jauh darinya dengan mengatakan bahwa
“kalau kevin ke sekolah kita membuat sebuah permainan baru di sekolah”.
Namun,
kevin hanya menjawab dengan senyuman tanpa perkataan iya. Ku ayunkan langkah
untuk turun saja ke sekolah dan siapa menyangka nenek kevin menyapaku di pertengahan
jalan. Ya, aku bertemu dengan nenek kevin. Dan siapa menyangka dalam waktu
sesingkat pertemuan di tengah jalan itu nenek bercerita bagaimana ia mencoba
mendidik cucunya agar tetap belajar dan bersekolah walaupun ia sendiri
disibukkan dengan pekerjaan kebun yang tak kunjung usai hingga sore hari.
Bagiku nenek kevin merupakan peran besar dalam mendidik kevin sejak orangtua
kevin berpisah. Tapi diakhir cerita nenek mengutarakan bahwa terkadang ia
selelu memukul kevin jika kevin berbohong dan tidak mau belajar. Baginya anak
maluku memang haru dipukul dan dihukum fisik jika mereka bandel hingga akhirnya
memukul menjadi unsur penting dalam metode pengasuhan orang tua di Halsel. Kembali
ke kevin, memang sering berulah dengan kenakalannya, ia kerap berkata bahwa ia
sering mengaji ke rumah seoarang guru di daerah “Lao” yang kalau diartikan ke
daerah bawah desa, namun kenyataannya kevin bermain dan malah asik mencari
mangga di kebun daripada mengaji. Aku mencoba mengajak nenek untuk lebih
memahami kevin sebagai anak kecil dan tak seharusnya ia selalu memberikan
hukuman fisik ke kevin dan aku malah mencoba mengajak nenek untuk mencari hal
lain yang bisa membuat kevin tidak mengulang perbuatannya, seperti tidak
diberikan uang jajan atau tidak boleh keluar rumah jika ia tetap tidak
bersekolah atau malas belajar. Hari ini aku memang gagal membujuk si kecil
kevin untuk masuk ke ruangan kelas di atas itu, aku gagal meyakinkannya bahwa
belajar itu menyenangkan dan lebih asik daripada sekedar mencari mangga di hutan. Satu pelajaran untuk refleksi diri ku hari ini, memang saat ini aku belum bisa mengajaknya untuk mengikuti pelajaran di kelas tapi paling tidak aku sudah menunjukkan kepada kevin bahwa aku adalah guru yang mengetahui kesenangannya di luar jam pelajaran, guru yang mau berkeliling hutan desa untuk mencarinya demi memberikan secercah ilmu hari ini.
Dua hari berlalu, sekarang adalah hari sabtu tanggal 19 januari. Hari ini aku berencana melakukan kegiatan pramuka bersama anak-anak. Beberapa kelas hari ini memang tidak memiliki jadwal pelajaran, namun sebaliknya kelas lima dan kelas tingkat bawah, mereka belajar beberapa pelajaran hari ini. Akhirnya aku memutuskan untuk melakukan kegiatan pramuka saat semua kelas telah selesai pelajaran. Tepat pukul 11.00 WIT, aku mengajak anak-anak untuk berlatih upacara pramuka, dengan mempersiapkan pasukan pemimpin upacara, pembaca Dwi satya dan pasukan pembawa bendera. Aku menjadi pembina upacara. Sulit ternyata mengatur siswa-siswa dari berbagai kelas itu, aku memberikan instruksi untuk membuat lingaidkran besar namun masih ada saja yang keluar dari lingkaran kemudian masuk kembali seakan mereka tida merespon serius makna dari sebuah "upacara". Aku mencoba untuk memberikan pengarahan bahwa siapa yang ingin bergabung untuk belajar pramuka hari ini maka tidak bisa keluar masuk lingkaran sesuka hati mereka. Dan hingga akhirnya ada beberapa siswa yang mengambil keputusan untuk keluar dan aku tetap semangat melanjutkan upacara.
Selesai upacara saatnya aku mengajak anak-anak bermain berbagai permainan, dan saat itulah aku melihat kevin. Kevin ada disana ?! aku tak melihatnya saat melakukan proses upacara. Ya, kevin hadir dan ikut bergabung dalam permainan "Patung pancoran" dan "Komunikata". Ia tertawa padaku, menyapaku dan berkata aku senang main permainan ini. Dan satu hal lagi, ia menunjukkan suatu hal kepadaku. Ia berkata bahwa kemarin ia jatuh dari pohon mangga dan ia ingin aku mengobatinya dengan kotak P3K yang kupunya di tas.
Aku senang kevin ada disini, dia hadir dan menyapaku walaupun itu tak di kelas. Bagiku lapangan ini juga tempat ia belajar, dan tempat aku belajar untuk lebih mengenalnya. Yang aku tau kevin adalah anak yang pintar dan sering memperoleh juara. Aku sebagai gurunya akan tetap meningkatkan semangat dan prestasinya. Kevin "terima kasih, telah hadir dan mempercayai ibu mengobati lukamu".
To
be continued “Cerita-cerita anak-anaku di halmahera”